Warga Protes Rekrutmen JIIPE Tak Transparan, Kepala Disnaker Turun Tangan
Gerakan Gembala Geni 'Gedor' JIIPE: Tuntut Lamaran Langsung di Kawasan Industri Terbesar
KABUPATEN GRESIK (Beritakeadilan.com, Jawa Timur)-Kawasan industri raksasa Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Manyar, Gresik, menjadi sasaran utama aksi protes ratusan warga yang tergabung dalam inisiatif Gerakan Gembala Geni. Aksi ini disulut oleh kegelisahan warga Gresik atas akses kerja yang dinilai tidak transparan dan cenderung tertutup, terutama di proyek strategis nasional yang seharusnya menyerap tenaga kerja lokal.
Di tengah memanasnya suasana di gerbang JIIPE, koordinator lapangan Ali Candi melontarkan kritik keras, menyebut JIIPE sebagai satu-satunya perusahaan besar di Gresik yang tidak bersedia menerima lamaran kerja secara langsung, mekanisme yang selama ini diterapkan oleh perusahaan-perusahaan lain.
Pihak Disnaker Gresik menata puluhan berkas lamaran kerja yang disampaikan Gembala Geni
“Perusahaan besar di daerah lain bisa menerima lamaran langsung. Tapi kok JIIPE tidak? Padahal mereka paling besar, paling luas, dan paling banyak menyerap tenaga kerja, hingga puluhan ribu,” tegas Ali Candi.
Perwakilan JIIPE, Yudi, bergeming dan menegaskan bahwa perusahaan mereka tidak bisa menerima lamaran secara langsung karena seluruh proses rekrutmen harus disalurkan melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Gresik. Yudi bahkan mengklaim bahwa ada tiga pelamar yang telah dipanggil, namun tidak hadir saat jadwal tes.
Namun, klaim ini dibantah keras oleh perwakilan Gembala Geni. Mereka menyoroti data yang tidak sinkron, di mana delapan berkas yang mereka titipkan ke Disnaker tak satupun berujung diterima. Bahkan, satu pelamar yang sempat dipanggil tes pun tetap dinyatakan tidak lolos, menimbulkan pertanyaan besar mengenai transparansi proses seleksi.
Karena pihak JIIPE tetap menolak menerima berkas secara langsung, Ali Candi menginstruksikan massa untuk bertahan. Tak lama kemudian, Kepala Disnaker Gresik, Zainul Arifin, hadir di lokasi. Zainul menyatakan siap menerima seluruh berkas lamaran warga di tempat dan berjanji akan menindaklanjutinya.
Ketua Gembala Geni, M. Afandi, menegaskan bahwa gerakan ini bukan sekadar protes, melainkan mekanisme kontrol publik yang wajib dilakukan agar penempatan tenaga kerja lokal berjalan sesuai janji awal pembangunan JIIPE, yang berkomitmen menyediakan 4.000 lowongan bagi warga terdampak.
Dalam perjalanannya, Gerakan Gembala Geni kerap dituding sebagai aksi premanisme. Tudingan ini dibantah keras oleh Ali Candi, yang justru menunjuk hidung pihak-pihak yang merasa terganggu.
“Yang menilai kami preman itu biasanya agen-agen calo kerja. Mereka takut jatahnya hilang karena warga tidak perlu bayar lagi untuk melamar,” tegasnya.
Gembala Geni didirikan sebagai terobosan untuk melamar kerja tanpa biaya, tanpa perantara, dan tanpa pungutan. Gerakan ini memastikan bahwa perjuangan mereka akan terus berlanjut hingga warga Gresik mendapatkan hak-hak pekerjaan yang layak di proyek strategis nasional terbesar tersebut. (Thejo)