KPU Bojonegoro Dianggap Tak Netral, Perubahan Skema Debat Tanpa Sepengetahuan Paslon Nomor Urut 1
KABUPATEN BOJONEGORO (Beritakeadilan, Jawa Timur) – Debat perdana Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro 2024 memicu kontroversi setelah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati nomor urut 1, Teguh Haryono dan Farida Hidayati, menyampaikan protes terkait perubahan skema debat yang dinilai mendadak dan tidak adil.
Peristiwa itu terjadi saat Farida Hidayati, Calon Wakil Bupati nomor urut 1, memanggil Teguh Haryono untuk naik ke podium. Aksi tersebut mengejutkan publik dan peserta debat.
Langkah ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bojonegoro yang dianggap sepihak dalam mengubah skema debat tanpa pemberitahuan kepada pasangan calon tersebut.
Paslon 1 menganggap bahwa KPU Bojonegoro telah melanggar ketentuan dalam Peraturan KPU Nomor 12 dan Keputusan KPU Nomor 1363, yang mengatur bahwa debat harus diikuti oleh pasangan calon bupati dan wakil bupati secara bersama-sama. Namun, dalam debat kali ini, terjadi skema "head to head" yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pada acara berlangsung, yel-yel dari pendukung Paslon nomor urut 2, Setyo Wahono dan Nurul Azizah, yang mencemooh Paslon 1 turut memanaskan suasana.
Ketegangan semakin memuncak setelah surat resmi dari KPU Bojonegoro tertanggal 14 Oktober 2024 beredar di kalangan publik. Dalam surat tersebut dijelaskan persiapan debat publik, termasuk tata letak kursi untuk kedua pasangan calon, media, dan tamu undangan.
Padahal skema debat yang tercantum dalam berita acara sesuai dengan Surat Keputusan KPU Nomor 1529 tahun 2024, awalnya tidak menyebutkan skema head to head.
Berita acara debat baru ditandatangani tiga hari sebelum pelaksanaan, tanpa ada kejelasan rinci terkait skema yang akan digunakan. Hal ini semakin memicu kecurigaan, terutama karena Paslon 1 merasa tidak mendapatkan informasi lengkap dalam rapat koordinasi yang diadakan pada 24 September 2024.
KPU Bojonegoro akhirnya menunjuk tim perumus secara sepihak untuk menyelesaikan kebuntuan antara kedua pasangan calon. Namun, keputusan ini kembali dipertanyakan karena tim perumus memilih menggunakan sistem voting untuk menentukan skema debat. Hal ini dinilai semakin memperkuat dugaan adanya rekayasa dalam skenario debat.
Di tengah kontroversi ini, aksi Farida Hidayati memanggil Teguh Haryono untuk naik ke panggung menjadi sorotan. Paslon 1 menegaskan jika tindakan ini sebagai upaya memperkenalkan diri sebagai pasangan calon yang tidak terpisahkan, sesuai dengan prinsip bahwa mereka adalah satu kesatuan.
Namun, tindakan tersebut justru menjadi bahan spekulasi dan pemberitaan yang dipelintir di media online dan media sosial.
Paslon 1 menuding adanya upaya dari pihak lawan untuk memutarbalikkan fakta, sehingga masyarakat menerima informasi yang tidak akurat. Narasi provokasi yang menyudutkan Paslon 1 dianggap merugikan dan menciptakan kebohongan public.
(R/iwn)