"KISAH PARA PENYELAMAT" Kisah Aksi Penyelamatan di Balik Agustus Kelabu 2025

JAKARTA PUSAT (Beritakeadilan.com, DK Jakarta) Agustus 2025 – Aksi demonstrasi besar di penghujung Agustus 2025, yang semula dimulai dengan teriakan orasi dan spanduk perlawanan, berubah menjadi kerusuhan yang sulit dikendalikan. Jalanan ibu kota dipenuhi kepulan asap, lemparan batu, botol kaca, hingga molotov yang melayang ke segala arah. Massa yang beringas membakar ban, merusak fasilitas umum, dan berhadapan langsung dengan aparat. Suara sirene, ledakan petasan rakitan, serta jerit panik bercampur menjadi pemandangan kelam yang mencabik rasa aman warga.
Di tengah gelombang anarki itu, hadir para penyelamat Tim Kesehatan Taktis Korbrimob Polri, atau yang dikenal sebagai Tim Cobra. Di bawah kendali Kombes Pol dr. Bambang Wiji Asmoro, M.Han, serta koordinator lapangan AKBP dr. Sulistyo Purbo Harsono, beserta tiga tim medis taktis yang dipimpin oleh Iptu dr. Kustian Pramudita, Iptu dr. Amsal Andrianto, dan Ipda dr. David Yohan bergerak tanpa ragu. Mereka bukan sekadar pelengkap operasi, melainkan garda terdepan penyelamat kemanusiaan ditengah gelombang anarki.
28 Agustus 2025, menjadi awal hari yang sangat panjang bagi jajaran personel pengamanan unjuk rasa di Ibukota termasuk Tim Kesehatan Taktis Cobra yang saat itu terbagi di beberapa titik krusial seperti Gedung MPR/DPR RI, Polda Metro Jaya dan Perempatan Slipi dan sekitarnya. Slipi menjadi saksi bisu. Saat seorang perwira, AKP Darkun, roboh dihantam benda tumpul, darah mengalir deras dari kepalanya, tubuhnya melemah di tengah kerumunan massa. Tim Cobra tanpa gentar menerobos barisan dan ancaman. Dengan tangan cekatan mereka menghentikan perdarahan, memasang balut darurat, menstabilkan pernapasan, lalu mengevakuasi korban dengan prosedur medevac. Di tengah hujan batu dan gas air mata, ambulans taktis yang mereka gunakan bahkan sempat dihantam berkali-kali, namun tetap melaju demi menyelamatkan nyawa.
Tak berhenti di sana, pos kesehatan lapangan menjadi medan perjuangan berikutnya. Perban diganti, oksigen darurat diberikan, luka dijahit seadanya, dan korban yang histeris ditenangkan. Dalam perlengkapan terbatas, tim medis bekerja nyaris tanpa jeda, sementara koordinasi dengan RS Bhayangkara Polri berjalan ketat. Ambulans hilir mudik membawa korban luka berat menuju IGD, di mana dokter dan perawat menunggu dengan triase darurat. Di setiap perjalanan, doa dipanjatkan agar detak jantung para korban tetap bertahan.
Namun, tugas mereka tak berhenti di garis konflik. Keluarga para personel Satuan Brimob Polda Metro Jaya yang berlokasi di Kwitang terisolir oleh kumpulan masa anarkir sehingga memerlukan evakuasi ke lokasi yang lebih aman dari kerusuhan juga menjadi prioritas. Di bawah pimpinan AKP Panca Sirsanti, A.Md. Kep, S.H, keluarga anggota yang dievakuasi ke Fave Hotel dan Blue Sky Hotel Jakarta mendapatkan penanganan menyeluruh. Tim kesehatan RS Bhayangkara Brimob membuka pos layanan medis di dua hotel tersebut, memberikan pemeriksaan kesehatan umum, layanan obat-obatan, serta konsultasi psikologis untuk mengurangi trauma akibat ketegangan berhari-hari.
Anak-anak anggota Brimob yang ikut dievakuasi diperiksa satu per satu; kondisi gizi, kesehatan pernapasan, hingga tanda-tanda kelelahan dipantau secara ketat. Para ibu mendapatkan konseling agar tetap kuat mendampingi keluarga mereka. Bahkan salah satu anggota keluarga yang membutuhkan hemodialisa rutin tetap didampingi secara khusus oleh tim medis RS Bhayangkara Brimob, memastikan aksesnya ke rumah sakit rujukan tidak terputus. Bagi keluarga, pelayanan ini menjadi penopang harapan.
Untuk menjaga stamina personel di lapangan, tim kesehatan juga membagikan vitamin, obat-obatan, serta melakukan patroli kesehatan di pos-pos pengamanan. Mereka memastikan setiap anggota yang berjaga tetap sehat dan siap menghadapi dinamika situasi yang terus berubah. Setiap tindakan yang dilakukan bukan sekadar rutinitas medis, melainkan pengabdian yang lahir dari hati.
Di balik wajah penuh peluh, seragam yang ternoda darah, dan tubuh yang kelelahan, tersimpan semangat juang yang tak pernah padam. Aksi heroik itu membuktikan bahwa penyelamatan nyawa bukan hanya soal keterampilan, melainkan keberanian, keteguhan, dan cinta tanah air.Agustus Kelabu 2025 akan tercatat dalam sejarah sebagai masa krisis. Namun di balik asap dan kobaran api, lahir kisah keberanian: kisah tentang tim medis Korbrimob yang berdiri tegak menjaga kemanusiaan. Mereka mengajarkan bahwa menyelamatkan satu nyawa berarti menyelamatkan masa depan bangsa.
*“To save life, BRIGADE”* – prinsip ini bukan sekadar semboyan, melainkan nafas perjuangan. Dan di tengah luka ibu kota, mereka menorehkan pesan abadi: bahwa di saat gelap sekalipun, masih ada cahaya keberanian yang tak pernah padam.
M.NUR