Lika-Liku Perjalanan EMAS, Berbalut Tantangan Hingga Sukses Raih Penghargaan
KOTA KEDIRI (Beritakeadilan.com, Jawa Timur) – Program English Massive (EMAS) yang diprakarsai oleh Pemerintah Kota Kediri tak hanya menyedot atensi dari warga Kota Kediri, melainkan hingga ke luar kota. Hal itu dibuktikan dengan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) kepada EMAS atas kategori yakni Program Pelatihan Bahasa Inggris Gratis Pertama pada Tingkat RT/RW dan Rekor Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang Menyelenggarakan Program Pelatihan Bahasa Inggris Gratis dengan Tempat Belajar/Kelas terbanyak.
Chevy Ning Suyudi, Direktur EMAS sekaligus Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Kediri mengkilas balik perjalanan EMAS di Kota Kediri, Senin (17/12). Ia menuturkan bahwa hal yang melatarbelakangi pembentukan EMAS yakni mencuatnya isu pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015 yang berdampak pada meluasnya pasar internasional, di sisi lain warga Kota Kediri mengeluhkan mahalnya biaya kursus Bahasa Inggris.
“Dari dua latar belakang itu kami menyusun konsep bagaimana bisa menyelenggarakan pendidikan Bahasa Inggris gratis di Kota Kediri. Lalu tahun 2015 muncul konsep pembelajaran dilakukan di lingkungan masing-masing,” ucapnya.
Kenapa tidak dilakukan di pendidikan formal, karena tujuannya berbeda. Program Emas fokus pada kemampuan berbicara atau speaking. Hal tersebut juga menampung cerita dari masyarakat yang secara formal sudah mendapatkan pembelajaran Bahasa Inggris, namun kesulitan ketika harus berbicara dengan Bahasa Inggris.
Chevy menambahkan bahwa kesulitan dalam pembuatan program ini karena memang belum pernah ada di daerah manapun. Jadi ini benar-benar konsep yang original dari kota kediri. “Kita tidak bisa melakukan studi tiru atau mencari referensi program serupa. Akhirnya kami sering melakukan simulasi dan uji coba sendiri karena tantangannya memang sangat berat. Kami tidak ingin program ini hanya sekedar jalan saja namun harus memberikan dampak nyata dan berkelanjutan,” tambahnya.
Memperkenalkan sesuatu yang baru kepada masyarakat perlu edukasi yang cukup lama. Apalagi membuat masyarakat percaya bahwa program ini memang dikelola dengan profesional. Sarana prasarana juga sangat terbatas, belum ada ruang atau kantor untuk bekerja. “Sehingga kami efektifkan komunikasi melalui WA. Kami memiliki kantor di WA Grup yang kami beri nama English Massive Tower, layaknya sebuah gedung perkantoran yang megah. Hal tersebut semata untuk memotivasi tim dan tetap fokus pada apa yang kami miliki bukan pada apa yang belum kami miliki,” ungkapnya.
Sebelum membuka pendaftaran siswa di tahun 2016, Pemkot Kediri terlebih dahulu membuka rekrutmen tutor sekaligus memberikan pelatihan. Tak kalah penting, Pemkot Kediri juga menyusun konsep pembelajaran dengan dibantu guru Bahasa Inggris SMP dan SMA di Kota Kediri, serta dari UNISKA.
“Di 2016 ternyata peminatnya besar sekali, di luar prediksi. Akhirnya kita rekrutmen lagi tutor dan menemukan permasalahan awal yakni turn over tutor,” terangnya.
Masyarakat antusias karena kemudahan dari program ini, terutama untuk tempat belajar tidak harus menyediakan ruang belajar khusus. Mereka bisa memanfaatkan teras rumah, taman, pos kamling, balai RT, atau musala yang ada di sekitar lingkungan rumah. Selain itu proses pembelajarannya dibuat dengan berbagai metode yang menyenangkan. Baik berupa game,_kuis, _story telling, drama dll.
Sampai dengan tahun 2018, Chevy menyebut peserta EMAS mencapai 4000 siswa. Sejak saat itu, Pemkot Kediri tak hanya menjaring peserta dengan jumlah tinggi, melainkan lebih mengedepankan kualitas program sehingga meskipun gratis tapi programnya berkualitas dan terstandar. Yaitu melalui penyusunan kurikulum, standarisasi tutor, leveling test, dan menghitung jumlah kehadiran peserta.(*)
Reporter : Dedy Luqman Hakim