OTT Aktivis di Surabaya, Sugiharto: Ini Bukan Perjuangan Tapi Pemerasan

oleh : -
OTT Aktivis di Surabaya, Sugiharto: Ini Bukan Perjuangan Tapi Pemerasan
OTT Aktivis Mahasiswa Surabaya, Sugiharto Sebut Pemerasan Rusak Marwah Gerakan

SURABAYA (Beritakeadilan.com, Jawa Timur) – Dunia aktivisme mahasiswa kembali tercoreng oleh tindakan tak terpuji. Dua pria berinisial SH dan SF, yang mengaku sebagai aktivis mahasiswa, tertangkap dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jawa Timur, Sabtu malam (19/7/2025) di sebuah kafe kawasan Prapen, Surabaya.

Keduanya diduga kuat melakukan pemerasan terhadap Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai, dengan tuntutan uang sebesar Rp 50 juta. Modus pemerasan mereka dilakukan dengan ancaman akan menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran bila permintaan tidak dipenuhi.

Surat pemberitahuan aksi bahkan telah dikirim sebelumnya, dengan rencana mengerahkan sekitar 200 massa dari elemen mahasiswa, dan dijadwalkan berlangsung pada Senin (21/7/2025). Namun, bukannya menyuarakan aspirasi, justru aksi tersebut dijadikan alat tekan untuk kepentingan pribadi.

Berdasarkan penelusuran awal pihak kepolisian, SH dan SF bukan kali pertama melakukan tindakan serupa. Mereka diduga telah berulang kali mencatut nama aktivis mahasiswa untuk menekan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemprov Jatim demi kepentingan pribadi.

Kasus ini sontak menuai kecaman dari berbagai kalangan, termasuk Sugiharto, SE, ME, mantan aktivis gerakan mahasiswa 1996 yang kini dikenal sebagai pengamat sosial dan demokrasi.

Ditemui di Surabaya, Rabu (23/7/2025), Sugiharto yang akrab disapa Mas Toto menyatakan keprihatinan mendalam atas kejadian tersebut. Menurutnya, tindakan SH dan SF adalah bentuk pengkhianatan terhadap semangat perjuangan mahasiswa.

“Sebagai mantan aktivis 1996, saya sangat prihatin melihat adik-adik aktivis yang justru terjerumus dalam praktik-praktik yang mencederai semangat perjuangan dan idealisme gerakan. Aktivisme bukan alat pemerasan, melainkan jalan perjuangan untuk membela kebenaran dan keadilan,” tegas Sugiharto.

Sugiharto menekankan bahwa gerakan mahasiswa harus berdiri di atas moralitas dan integritas tinggi, bukan digunakan sebagai sarana mencari keuntungan pribadi.

“Setiap isu yang diterima harus diverifikasi dan divalidasi sebelum dilontarkan ke publik. Demokrasi adalah ruang yang suci untuk menyuarakan aspirasi rakyat, bukan diperalat untuk ancaman dan pemerasan,” lanjutnya.

Ia juga mendorong kepolisian untuk mengusut tuntas jaringan di balik aksi ini, termasuk kemungkinan adanya aktor intelektual yang menyuruh atau memfasilitasi.

“Saya percaya aparat penegak hukum memiliki kapasitas untuk membuka seluruh jaringan komunikasi dan mengungkap jika ada aktor lain yang terlibat. Ini penting untuk menjaga kepercayaan publik dan marwah gerakan mahasiswa itu sendiri,” tambah Sugiharto.

Sugiharto menutup pernyataannya dengan seruan moral kepada generasi muda aktivis agar tidak kehilangan arah dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

“Semoga kejadian ini menjadi pelajaran besar bagi seluruh aktivis muda. Jaga idealisme, jaga nama baik gerakan. Jangan jadikan perjuangan sebagai komoditas,” pungkasnya.

Sementara itu, pihak kepolisian masih terus mendalami rekam jejak digital dan komunikasi kedua pelaku, untuk memastikan motif serta dugaan keterlibatan pihak lain dalam kasus ini. (R1F)

 

banner 400x130
banner 728x90