Pemkot Kediri Melalui Disperdagin Akan Relokasi PKL di Jalan Joyoboyo dan Patiunus

KOTA KEDIRI (Beritakeadilan.com, Jawa Timur) – Pemerintah Kota Kediri melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) lakukan rangkaian rencana penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di PK Bangsa hingga Hayam Wuruk. Mengundang pengusaha untuk mendengarkan masukan terkait dengan parkir dan sistem untuk jadi pertimbangan sebelum sosialisasi dengan PKL.
“Nanti kita godok, bagaimana win-win solution agar mereka tetap bisa cari nafkah,” Ucap Wahyu Kusuma Wardhani Kepala Disperdagin Kota Kediri
Untuk lapak Joyoboyo dan Patiunus kita beri waktu dua minggu. Kemudian para pedagang mengirim surat keberatan untuk ditinjau kembali,”Selanjutnya, kita rapatkan tim kaji ulang dengan mempertimbangkan momen Hari -Raya, karena di bulan puasa mereka biasanya ada peningkatan omset,” ungkapnya.
“Akhirnya kita putuskan relokasi lapak liar Patiunus dan Joyoboyo kita perpanjang toleransi sampai setelah lebaran,” sambungnya Menegaskan.
Untuk diketahui, Sementara masih sesuai perwali regulasinya penertiban PKL liar tinggal dieksekusi. Hal ini berbeda dengan PKL di Joyoboyo dan Patiunus lapaknya masih berdiri di atas Pemerintah Kota.
PKL yang terdata ada sekitar 142, mereka berjualan dari pagi hingga malam. Pertimbangan itu, Pemkot jadwalkan ulang sampai lebaran untuk relokasi, agar PKL menyelesaikan masalah internal mereka.
“Sebenarnya banyak yang sudah meminta rekomendasi pindah ke pasar disebabkan biaya sewa lebih murah,” bebernya.
“Jikalau, di bulan puasa nanti ada pendatang baru tidak akan didata untuk relokasi,,” imbuh Wahyu.Jum’at (31/1)siang.
Terpisah, Sabrina, pengelola minimax atau mini cafe menerangkan bahwa
PKL mengurangi lahan parkir. Area parkir di jalan hayam wuruk sangat terbatas.
“Usaha kita ditutupi oleh PKL beberapa tahun, menyebabkan kemacetan apalagi jika ada kereta lewat. PKL ini juga tidak bayar pajak berbeda dengan kami. Pun begitu, saya menyarankan PKL baiknya dibuatkan ruang gerak seperti pujasera,” terangnya.
Selain itu, Malik SDN Banjaran 4 mengatakan bahwa, saya sering mengamati sekira jam 1 siang mulai penjemputan selalu macet. Penyebab diantaranya juga PKL.
“Saya pernah usul PKL berjualan setelah anak-anak sekolah selesai pembelajaran, tapi mungkin mereka sasarannya wali murid yang menjemput,” jelasnya.
“Untuk itu, Saya harap aturan yang ditetapkan bisa ditegakkan dan tidak merugikan semua pihak yang terkait.” Harapnya. (*)
Reporter : Dedy Luqman Hakim