Layak Diacungi Jempol, Pernyataan Kepala BAPPEDA direspon positif oleh Penggiat Film Kediri
KOTA KEDIRI (Beritakeadilan, Jawa Timur) - Pernyataan Chevy Ning Sayuti Kepala BAPPEDA Kota Kediri yang menyebut bahwa Kediri Kota Kecil namun memiliki sejarah besar, dan kedepan cocok menjadi menjadi Kota Jasa rupanya diapresiasi sejumlah penggiat komunitas film. Harianto dan Hadianto warga Kelurahan Kemasan saat ditemui media ini mengungkapkan pihaknya mengacungi jempol gagasan yang dilontarkan tersebut, mengapa? Menurut keduanya sekian tahun tak kunjung pesatnya pembangunan di Kota Kediri terutama sektor industri kreatif salah satunya karena masih ragu-ragu nya pemerintah setempat menentukan arah pembangunan kota menjadi seperti apa. Kepada wartawan Harianto mengatakan, “Pernyataan Kepala Bappeda itu kami setuju dan support karena sebenarnya itu sudah waktunya bagi Kota Kediri.
Dari anak-anak, pemuda kreatif dan teman-teman film mulai beberapa tahun kemarin sudah mulai bergerak artinya sudah memulai. Bagaimana industri kreatif Kota Kediri menjadi sebuah peluang dan SDM-SDMnya bisa menjadi profesi di kota ini.
Ditambahkan, “Terkait kenapa harus menjadi kota jasa, karena memang SDM disini sudah terbangun dan sudah on the track sebab sudah jalan. Dengan menjadi kota jasa ini, berarti infrastruktur harus lebih dipersiapkan. Kita sebagai orang-orang kreatif disini, ingin mengajak seluruh masyarakat khususnya teman-teman film, musik dan komunitas lainnya yang selama ini sudah melakukan hal dengan gaya masing-masing." "Peran pemerintah disini salah satunya memfasilitasi pemakaian fasumnya, termasuk policy atas jalannya industri kreatif di Kota Kediri." Menurut Harianto, dengan Kota Kediri menjadi kota jasa, peluang-peluang untuk menambah PAD cukup besar salah satunya menumbuhkan industri kreatif. “Karena banyak studio-studio alam yang dipakai oleh production house (PH-red) film dari luar Kota Kediri, satu project film tersebut perputaran ekonominya luar biasa dan ini sebenarnya ini bisa kita jual. Dari sini kita mengakomodir dan menginventarisir wilayah-wilayah yang bisa kita publish dan kita tawarkan kepada production house, bebernya. Selain itu menurut Harianto, hal paling penting yang kita harus jamin bahwa production house dari luar yang hadir di Kota Kediri ini bisa merasa aman dan nyaman saat menjalankan aktivitasnya. "Kita sedang membentuk asosiasi untuk menjadi embrio komunitas guna menanungi industri kreatif di Kota Kediri sekaligus kedepan ikut membantu merancang regulasi dan menjadi mitra pemerintah terkait perfilman,” tandasnya. “Kalau perfilman ini dipandang menjadi salah satu industri kreatif artinya harus berkelanjutan, agar itu bisa berhasil diwujudkan harus ada workshop, pelatihan dan forum diskusi lainnya untuk memfilter teman-teman yang hari ini mungkin butuh sertifikasi profesi guna menunjang kegiatan industri kreatif ini.” “Selama ini kita sudah coba buktikan di beberapa film, bagaimana putaran ekonominya sudah kita rasakan luar biasa. Dari putaran ekonomi UMKM, putaran ekonomi teman-teman SDM yang jadi runner, talent dan lain sebagainya. Semua sudah bisa merasakan hasil, kita sebagai masyarakat perlu diakomodir pemkot agar bisa konsisten, profesional dan membantu menawarkan ke pihak-pihak terkait terutama di luar Kota Kediri,” imbuh Harianto. Penggiat Komunitas Film tersebut mengaku, pihaknya telah beberapa kali telah memproduksi karya baik shot movie, film Panjang dan iklan masyarakat. “Secara SDM di Kota Kediri sudah layak secara krunya, untuk mengupdate diri bagaimana menjadi posisi menjadi sebagai kreator-kreator pelaku industri kreatif ini. Dalam film yang berjudul PEKA sudah menunjukkan bahwa kita sudah on the track dan on progress untuk menciptakan peluang kreatif di Kota Kediri,” urai Harianto. Ia mengungkapkan, kalau hal tersebut ini menjadi sebuah industri maka ini adalah profesi yang bisa dirasakan manfaatnya oleh warga Kota Kediri. “Bagaimana kita akan mengakomodir SDM yang berkecimpung pada industri kreatif ini? Tentunya komunitas seperti ini sudah banyak di Kota Kediri, dan semua sudah berproduksi. Namun kendalanya, ini belum ditangkap pemerintah dan dianggap profesi yang belum bisa mencukupi kebutuhan ekonomi para pelaku kreatif seperti ini. Padahal di Jakarta itu industri perfilman itu sudah menjadi mata pencaharian,” terangnya. Pada kesempatan itu Harianto menyampaikan, pihaknya pernah mendengar pernyataan bahwa industri perfilman itu seperti industri migas. “Artinya kebutuhan seperti ini harus kita bangun, termasuk kemudahan perijinan, jaminan keamanan yang pada intinya industri semacam ini perlu didampingi agar pelaku industri kreatif ini bisa berkembang secara percaya diri. Sebagai contoh kita sempat bekerjasama dengan sebuah Production House di Jakarta kemarin saya menangkap sebuah potensi investasi besar,” ucapnya. “Memang kalau semacam itu butuh kapital besar dan mungkin di Kota Kediri belum bisa saat ini, namun dalam hal ini kita bisa memposisikan sebagai mitra dari sebuah Production House . Jadi mungkin kita bisa menawarkan talent, runner, videografer ke production house yang hadir di Kota Kediri." "Sekali lagi kita butuh sertifikat profesi agar kita bisa menawarkan ke beberapa Production House dan mereka bisa lebih percaya. Kalau bersertifikat kan artinya sudah dianggap memiliki jam terbang, "pungkasnya.(*)
Reporter : Dedy Luqman Hakim