Disebut Kota Termiskin Atau Terkaya, Faktanya Kediri Kota Kecil Dengan Sejarah Besar
KOTA KEDIRI (Beritakeadilan, Jawa Timur) – Kontroversi yang mencuat kala debat publik pertama antar kontestan Pilwali Kota Kediri terungkap fakta berdasarkan data BPS tahun 2024 yang menyebut bahwa Kota Kediri memiliki warga miskin terbanyak ketiga antar kota se Jawa Timur. Hal itu sontak menimbulkan perbincangan hangat di sudut-sudut Kota Kediri hingga kini, mengapa? Selama ini publik terlanjur terbius dengan predikat Kota Kediri sebagai salah satu kota terkaya di Indonesia karena memiliki Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB yang tergolong tinggi.
Namun, data BPS Propinsi Jawa Timur, mencatat pada tahun 2024 Kota Kediri masih memiliki prosentase warga miskin peringkat ke-3 antar kota se Jawa Timur setelah Kota Surabaya dan Kota Malang. Terlepas dari kontroversi tersebut, media ini menemui Kepala BAPPEDA Kota Kediri Chevy Ning Sayuti di tempat kerjanya pada Selasa, 5 November 2024 guna menanyakan kiat-kiat percepatan pengentasan kemiskinan warga kota. Selain itu menggali rencana pembangunan yang cocok agar terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi secara signifikan dan tepat dengan bercermin pada masa lalu Kota Kediri.
Kepala BAPPEDA Kota Kediri Chevy Ning Sayuti, mengungkapkan, “Jika kita meruntut ke belakang Kediri pernah jadi ibukota kerajaan. Kemudian dengan adanya hubungan dagang dengan Arab, Cina, Malaka dan Nusantara maka posisinya bergeser menjadi wilayah untuk perdagangan. Dari situ kemudian menjadi kota industri ditandai dengan berdirinya pabrik-pabrik gula yang ada di Kota Kediri maupun Kabupaten Kediri.
Era industri sekitar tahun 1930, baru kemudian masuk dalam sebagai kota pemerintahan. Pada tahun 1906 masih berupa karesidenan Kediri, namun pada 1928 Kediri menjadi daerah otonom penuh. Dari rentetan industri gula beralih ke industri pengolahan yakni dengan munculnya industri pengolahan tembakau Perusahaan Gudang Garam. Kemudian di era barunya di tahun 2024 ini, Kota Kediri mulai dibangun jalan tol dan Bandara hal ini menandai kota ini menjadi Kota Jasa,” bebernya.
Lebih lanjut dikatakan, “Melihat fenomena ini, apa yang bisa dieksplore? Ketika kita menjadi kota jasa maka yang bisa kita bangun adalah industri-industri kreatif. Dari industri tersebut tentu akan menjual cerita tentang Kota Kediri, baik itu cerita rakyat seperti kisah Panji, juga nanti akan bercerita tentang situs-situs sejarah beserta peninggalannya di sekitar kota ini. Apalagi disini ada Museum Airlangga, selain itu ada juga heritage dari cagar budaya termasuk bangunan-bangunan tinggalan dari pabrik gula yang ada di Kota Kediri.” “Tentu saja banyak yang bisa dimunculkan untuk menjadi daya tarik salah satunya cerita sejarah. Jika kita runtut dari referensi yang ada (literatur-red) Kediri memang terkenal dengan sejarahnya.
"Maka muncul pendapat bahwa Kota Kediri adalah kota kecil namun punya nilai sejarah yang besar. Hal itulah menjadi potensi besar kedepan untuk eksplore dan digali terus,” tandas Chevy.
Pada kesempatan itu, Kepala BAPPEDA juga menjelaskan maksud Kediri Kota kecil. "Jika kita memposisikan kita sebagai kota industri wilayah kita sudah tidak ada. Kemudian apa yang bisa dimunculkan supaya orang punya ketertarikan artinya Kota Kediri punya daya tarik disisi apa?" ujarnya.
Ada beberapa yang bisa dimunculkan untuk membranding Kota Kediri salah satunya cerita-cerita dari masa kerajaan dan mengeksplore peninggalan sejarah yang ada di kota ini yang banyak belum diketahui masyarakat. “Jadi kedepan industri di Kota Kediri bukan lagi manufaktur (pabrikan) tetapi industri jasa yang arahnya ke industri kreatif,” sambungnya.
Chevy juga menegaskan, pihaknya butuh masukan-masukan yang banyak melibatkan masyarakat untuk menentukan arah pembangunan kota ini kedepan seperti apa salah satunya melakukan diskusi dengan tokoh budaya dan pelaku industri kreatif baik dari Kota Kediri maupun dari luar untuk bisa melihat bahwa disini ada potensi. “Intinya kedepan kalau mereka investasi bukan lagi dalam bentuk investasi manufaktur tetapi investasi yang mengarah dalam lingkup industri kreatif,” harapnya.(*)
Reporter : Dedy Luqman Hakim