Interupsi Sambutan Bupati Dhito, Mahasiswa Ini Justru Dapat Apresiasi
KABUPATEN KEDIRI (Beritakeadilan, Jawa Timur) – Salah satu momen menarik terjadi saat pembukaan pengenalan mahasiswa baru Universitas Nusantara PGRI Kediri. Momen tersebut terjadi ketika salah satu mahasiswa menginterupsi sambutan Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana.
Interupsi tersebut dilakukan oleh Rehan Aditya, mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah. Dia mengangkat tangannya saat Bupati Dhito akan menutup sambutannya dalam acara yang berlangsung di Kampus 4 UNP Kediri pada Selasa (3/9/2024).
Hal itu terjadi disela-sela Bupati Dhito akan mengutip kalimat dari Johannes Leimena sebagai penutup sambutannya.
“Ada seorang menteri di jaman Bung Karno, mungkin adik-adik (mahasiswa) nggak ada yang tahu, namanya Johannes Leimena mengatakan,” ujar bupati muda itu.
Belum sempat menyebut kalimat yang dimaksud, Rehan secara lantang mengangkat tangannya dan menunjukkan pengetahuannya mengenai salah satu menteri yang dikenal paling banyak menjabat di kabinet selama kepemimpinan Presiden Soekarno itu.
“J. Leimena, saya tahu J. Leimena,” kata Rehan dari tempat duduknya.
Melihat semangat Rehan, bupati berkacamata tersebut meminta pemuda tersebut untuk maju ke podium. Rehan ditanya mengenai seputar Johannes Leimena. Ternyata, pertanyaan yang dilontarkan Bupati Dhito mampu dijawab.
Karena pengetahuan Rehan, Bupati Dhito memberikan apresiasi kepada mahasiswa baru tersebut dengan memberikan satu unit HP. Usai mendapatkan hadiah ini, Rehan mengaku bahwa dirinya sebagai loyalis presiden RI pertama.
Salah satu momen menarik terjadi saat pembukaan pengenalan mahasiswa baru Universitas Nusantara PGRI Kediri. Momen tersebut terjadi ketika salah satu mahasiswa menginterupsi sambutan Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana.
Interupsi tersebut dilakukan oleh Rehan Aditya, mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah. Dia mengangkat tangannya saat Bupati Dhito akan menutup sambutannya dalam acara yang berlangsung di Kampus 4 UNP Kediri pada Selasa (3/9/2024).
Hal itu terjadi disela-sela Bupati Dhito akan mengutip kalimat dari Johannes Leimena sebagai penutup sambutannya.
“Ada seorang menteri di jaman Bung Karno, mungkin adik-adik (mahasiswa) nggak ada yang tahu, namanya Johannes Leimena mengatakan,” ujar bupati muda itu.
Belum sempat menyebut kalimat yang dimaksud, Rehan secara lantang mengangkat tangannya dan menunjukkan pengetahuannya mengenai salah satu menteri yang dikenal paling banyak menjabat di kabinet selama kepemimpinan Presiden Soekarno itu.
“J. Leimena, saya tahu J. Leimena,” kata Rehan dari tempat duduknya.
Melihat semangat Rehan, bupati berkacamata tersebut meminta pemuda tersebut untuk maju ke podium. Rehan ditanya mengenai seputar Johannes Leimena. Ternyata, pertanyaan yang dilontarkan Bupati Dhito mampu dijawab.
Karena pengetahuan Rehan, Bupati Dhito memberikan apresiasi kepada mahasiswa baru tersebut dengan memberikan satu unit HP. Usai mendapatkan hadiah ini, Rehan mengaku bahwa dirinya sebagai loyalis presiden RI pertama.
“Saya loyalis Bung Karno, merdeka, merdeka,” pekiknya dihadapan ribuan mahasiswa lain.
Selain Rehan, tiga mahasiswa juga mendapatkan hadiah dari bupati yang gemar bervespa itu. Salah satunya,Wisnu Suryatama Wardana. Warga Desa Butuh, Kecamatan Kras ini mendapatkan laptop usai memberikan saran terhadap kemajuan sejarah dan kebudayaan desa.
Wisnu menjelaskan, di desanya terdapat bekas bangunan peninggalan belanda yng dulunya merupakan pabrik gula bernama Suiker fabriek . Pihaknya meminta agar pemerintah kabupaten maupun desa mau untuk melakukan pelestarian terhadap objek tersebut.
“Pengannya, tempat itu bisa menjadi wisata sejarah. Karena Suiker Fabriek melahirkan Turonggo Jawi untuk buka giling di desa,” jelasnya.
“Saya loyalis Bung Karno, merdeka, merdeka,” pekiknya dihadapan ribuan mahasiswa lain.
Selain Rehan, tiga mahasiswa juga mendapatkan hadiah dari bupati yang gemar bervespa itu. Salah satunya,Wisnu Suryatama Wardana. Warga Desa Butuh, Kecamatan Kras ini mendapatkan laptop usai memberikan saran terhadap kemajuan sejarah dan kebudayaan desa.
Wisnu menjelaskan, di desanya terdapat bekas bangunan peninggalan belanda yng dulunya merupakan pabrik gula bernama Suiker fabriek . Pihaknya meminta agar pemerintah kabupaten maupun desa mau untuk melakukan pelestarian terhadap objek tersebut.
“Pengannya, tempat itu bisa menjadi wisata sejarah. Karena Suiker Fabriek melahirkan Turonggo Jawi untuk buka giling di desa,” jelasnya.(*)
Reporter : Dedy Luqman Hakim